
Seperti yang kita tahu bahwa anyaman pandan tersebut terbuat dari pandan berduri (Pandanus tectorius) yang sebenarnya tumbuh subur di daerah pantai dan dataran tinggi. Akan tetapi, masih sedikit pengrajin yang mengembangkan kerajinan tersebut. Para pengrajin hanya mendapat upah yang minim karena kreativitas mereka juga tidak bertambah karena mereka hanya membuat produk sesuai permintaan yakni berupa tikar dalam bentuk lembaran. Padahal, pandan sendiri dapat dikreasikan ke berbagai bentuk produk, seperti: tas, sandal, dompet, tempat tissue, dan lain sebagainya. Disamping itu di pasaran, kreasi pandan lebih bagus secara proses pewarnaan dan bahan. Hanya saja anyaman pandan hasil akhirnya kaku jika tidak diproses perebusan. Dengan berbagai alasan tersebut, kami mencoba membuat kreasi hasil dari anyaman pandan agar lebih banyak peminatnya.
Menindaklanjuti kegiatan Pelatihan yang diselenggarakan sebelumnya yaitu Pelatihan alas kaki/sandal hotel berbahan anyaman pandan pada tahun 2019, dengan melihat hasil akhir pelatihan masih kurang maksimal dan latarbelakang bahan baku yang melimpah di wilayah Kecamatan Kabuh, Kecamatan Kudu dan Ngusikan maka Pelatihan selanjutnya difokuskan di wilayah tersebut. Dengan latarbelakang tersebut maka tahun 2020 ini Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jombang menyelenggarakan Program Pengembangan Produksi, Penerapan Standarisasi dan Fasilitasi HKI bagi IKM melalui Kegiatan Pembinaan Pengembangan Penerapan Teknologi Proses Produksi Industri Kecil dan Menengah dengan memberikan fasilitasiPelatihan tas anyaman pandan dengan kreasi/asessori burci yang diselenggarakan selama 4 hari pada tanggal 9-12 Maret 2020 bertempat di “LKP BANGUN KARYA” dengan melibatkan 25 peserta dan menggandeng Narasumber Bp. HAMIM dari UPT Aneka Industri dan Kerajinan Provinsi Jawa Timur.

Di sesi awal pelatihan, Narasumber mencoba memberi gambaran kepada para peserta bahwa hasil iratan anyaman masih bisa dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dari pelatihan sebelumnya dengan ukuran normal untuk tikar lembaran . Narasumber menunjukkan tas-tas dan dompet anyaman pandan yang sudah jadi, namun masih polos dan hanya di-bleaching (proses pemutihan dengan zat kimia). Kemudian ditunjukkan pula dengan hasil tas yang sudah jadi dengan hiasan kain perca, burci/manik-manik, dan juga bunga-bunga dari kain. Dari berbagai kerajinan anyaman pandan ini, yang paling laku di pasaran adalah clutch. Clutch merupakan tas yang digenggam dan biasanya digunakan saat pesta atau acara-acara formal. Harga clutch di pasaran dimulai denga harga Rp 50.000 untuk yang polos atau hanya diberi satu warna. Bila clutch sudah dihias, harganya bisa menjadi dua hingga empat kali lipat tergantung seberapa bagus hiasan dan bahan hiasannya.
Kami informasikan kepada para peserta bahwa pelaku usaha pembuatan tas clutch yang ada di Jombang mengambil bahan tas dari Tasikmalaya yang hasil anyamannya sangat bagus. Besar harapan kami bahwa dengan bahan baku yang melimpah di daerah sendiri sebenarnya bisa dimaksimalkan agar pelaku pembuatan clutch bisa mengambil dari daerah Jombang sendiri tanpa harus mengambil bahan tas dari luar daerah. Di sesi berikutnya, narasumber memberikan materi dan praktek pewarnaan ke pandan yang sudah dianyam dan teknik pemberian aksesori dengan teknik finishing decoupage/pemberian aksesori gambar semi sablon.
Pada pertemuan hari I peserta diberikan materi dan praktek membuat pola clutch. Ternyata beberapa peserta masih kesulitan untuk mengikuti, meskipun demikian peserta tetap antusias untuk menghias clutch anyaman pandan yang sudah jadi. Untuk memudahkan mereka maka Narasumber membagi peserta secara berkelompok. Walaupun masih belum rapi, pandan yang biasa-biasa saja bisa terlihat lebih cantik dan elegan. Ke depannya, dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jombang berencana untuk memfasilitasi peserta melalui program Magang ke Tasikmalaya yang merupakan salah satu daerah pengrajin tas anyaman pandan yang sudah berhasil.
Besar harapan kami, para peserta mencoba peluang usaha ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah penghasil pandan. Selain itu, kegiatan ini juga menambah skill peserta yang sudah bisa menganyam, menjahit dan menghias dengan kreativitasnya masing-masing agar mencetak tenaga-tenaga yang lebih potensial. Tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya bisa diukur dengan produktivitas penduduk dalam memperoleh pendapatan dan kecukupan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup setiap harinya. Dengan melimpahnya bahan dasar pandan di daerah Kecamatan Kabuh, Kudu dan Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang maka besar pula kemungkinan untuk mengangkat wilayah tersebut. Karena mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, buruh bangunan dan beberapa diantaranya merupakan pengrajin anyaman. Tingkat pendapatan penduduk di wilayah tersebut masih minim. Oleh karena itu.
